SEKAPUR SIRIH

Diposting oleh pers anak langit uniska Sabtu, 30 Mei 2009

PERS DAN MAHASISWA

Ada apa dengan pers dan mahasiswa?
Yang pasti keduanya adalah elemen-elemen yang sangat penting dalam suatu negara. Pers sejak lama telah memainkan fungsi sebagai alat kontrol sosial hingga dewasa ini menempati posisi yang sangat vital, yakni sebagai kekuatan keempat (the fourth state) yang ikut menentukan arah kebijakan pemerintah. Sementara mahasiswa juga tak sedikit menyumbang warna dalam dinamika perjalanan sebuah bangsa. Sejarah mencatat, bagian besar transformasi sosial politik yang terjadi di berbagai belahan dunia dipelopori oleh mahasiswa. Itulah sebabnya mengapa mahasiswa dijuluki sebagai agen perubahan (agent of change).

Lantas, apa jadinya jika pers dan mahasiswa berkolaborasi?

Entah kapan ide ini tercetus. Namun, di Indonesia pada waktu yang silam, kegiatan pers berbasis kampus yang diselenggarakan oleh mahasiswa sempat berperan strategis, baik sebagai sarana untuk mengobarkan semangat nasionalisme ketika masa kolonial maupun menjadi media alternatif tatkala kebebasan pers dibekap oleh rezim orde baru.
Kini, setelah Indonesia lepas dari belenggu penjajahan dan mengalami reformasi yang membuat pers memperoleh kembali kebebasannya, pers mahasiswa justru kehilangan pamornya. Benarkah saat ini pers mahasiswa sudah tak dibutuhkan?

Napak Tilas Sejarah Pers Mahasiswa Di Indonesia
Pers mahasiswa adalah istilah untuk menyebut aktivitas jurnalistik yang dikelola oleh mahasiswa dalam sebuah perguruan tinggi. Pada dasarnya, kegiatan dan fungsinya sama saja dengan kegiatan dan fungsi pers umumnya, hanya lingkupnya lebih sempit. Jadi, pangsa pasar utama dari pers mahasiswa adalah mahasiswa itu sendiri. Namun, pernah ada produk jurnalisme kampus yang gaungnya mampu terdengar hingga keluar dinding kampus seperti yang sudah disinggung di atas.

Pers mahasiswa di Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang. Kelahirannya menjadi salah satu bagian dari gejolak pergerakan mahasiswa yang lekat dengan imej sebagai pionir di setiap periode perubahan di negeri ini sejak masa prakemerdekaan.


Dimulai dengan kemunculan "Indonesia Merdeka" yang didirikan oleh Indische Vereeneging, organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda, sebagai pers mahasiswa pertama, selanjutnya eksistensi pers mahasiswa mengalami pasang surut seiring dengan pergantian rezim.


Masa keemasan pers mahasiswa sempat terjadi ketika Orde Baru berkuasa. Diawali oleh pemberlakukan NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordianasi Kampus) sekitar tahun 1978 secara paksa untuk meredam gerakan mahasiswa yang dianggap dapat membahayakan posisi pemerintah saat itu. Sebagai jalan keluar, mahasiswa pun mencari pola gerakan lain yang relatif aman. Salah satunya adalah membentuk pers mahasiswa. Bersamaan dengan dicerabutnya kebebasan pers umum dimasa itu, dengan segera pers mahasiswa mengambil peranan penting di blantika pers Indonesia. Meski pada akhirnya pers mahasiswa juga tak luput dari pengawasan ketat negara hingga mengalami pula penyensoran, pembredelan, dan pelarangan.


Selanjutnya, ketika rezim Orde Baru ditumbangkan oleh gerakan reformasi 1998 dan menghadiahkan kemerdekaan bagi insan pers, justru menjadi awal tiarapnya eksistensi pers mahasiswa. Hingga kini.


Pers Mahasiswa, Riwayatmu Kini…
Sejak awal, pers mahasiswa memang hanya dilirik sebagai pelarian. Sesaat setelah reformasi bergulir, lembaga pers umum yang sebelumnya meranggas bersemi kembali bak cendawan di musim hujan, memanfaatkan ruang gerak yang seluas-luasnya bagi kebebasan berpendapat dan berekspresi yang disediakan alam demokrasi. Pers mahasiswa pun kembali ke habitat aslinya, yaitu kampus. Entah apakah hal ini yang mempengaruhi gairah mahasiswa untuk tetap menggeluti dunia jurnalisme kampus yang perannya tak lagi sesentral dulu, yang jelas lambat laun kondisi pers mahasiswa ibarat hidup segan mati tak mau. Padahal hal ini tidak semestinya terjadi. Ketika kebebasan pers pada akhirnya justru mendorong timbulnya kapitalisme media yang menyebabkan jurnalisme umum dikendalikan kekuatan ekonomi dan politik, pers mahasiswa dengan objektifitasnya kembali mampu menjadi solusi.

Namun yang utama, pers mahasiswa tidak boleh melupakan tanggung jawabnya sebagai kontrol sosial di sektor internal kampus. Kampus memerlukan pers mahasiswa sebagai penyeimbang, pengkritisi, maupun penyampai kebijakan agar dapat dikomunikasikan dengan baik.


Di samping itu, mungkin banyak yang tidak menyadari bahwa pers mahasiswa adalah wadah untuk menempa idealisme pada diri mahasiswa karena idealisme adalah salah satu ruh yang terdapat dalam diri jurnalis sejati. Sikap idealis penting dimiliki mahasiswa mengingat statusnya sebagai kelompok intelektual yang menurut Edward Shill memiliki lima fungsi, yakni mencipta dan menyebar kebudayaan tinggi, menyediakan bagan-bagan nasional dan antar bangsa, membina keberdayaan dan bersama, mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan peran politik, sehingga dalam struktur sosial kemasyarakatan mahasiswa ditempatkan di tengah-tengah antara masyarakat awam dengan elit politik.


Artinya, ketika elit politik melemah fungsinya, gerakan mahasiswalah yang dituntut untuk mengingatkan dan mendesak terus-menerus. Ketika elit politik tidak lagi peka terhadap isu-isu publik untuk pemberdayaan rakyat, pengentasan krisis, serta pencerdasan bangsa dimana mereka lebih sibuk dengan isu-isu berdimensi aliran, uang, serta pembagian kekuasaan, maka tidak ada alasan lagi bagi gerakan mahasiswa untuk tidak bergerak dan menyatukan langkah dalam menegakkan kebebasan dan keadilan (Ahmad Fuad Fanani, Buloggate II dan Progresivitas Gerakan Mahasiswa, Kompas, Senin, 15 april 2002).


Intinya, tidak benar bahwa saat ini pers mahasiswa sudah tak dibutuhkan.


UKPM Anak Langit : Menjawab Tantangan
Menentang arus hanya akan memberikan dua pilihan : sia-sia atau membawa perubahan. Dengan semangat positivisme untuk menggelorakan kembali jiwa pergerakan di kalangan mahasiswa, UKPM Anak Langit pun lahir untuk menjawab tantangan itu. Dengan menempuh jalur pers kampus, diharapkan mampu mengulang sejarah sebagai penyemai benih the agent of change yang memiliki pemikiran kritis.

Hidup pers mahasiswa!*

0 komentar

Posting Komentar